Monday, February 9, 2015

Banjir Jakarta




FAKTA bukan membela siapapun, cuma mengajak berfikir realistis aja..

Dari tahun ke tahun Jakarta gak pernah bebas dari banjir, bahkan sejak jaman penjajahan Belanda dulu #googling aj, gue yakin loe lbh pinter deh....tiap tahun banjir yg "mengepung" Jakarta seperti saat ini selalu terjadi, tapi yg paling heboooh ya tahun ini, kenafaa???? Nyalahinnya enak pass banget ke Jokowi and Ahok....dulu2 kemane aje ente?....

Ya sudah lah, suka atau benci mereka sudah diberi mandat menimpin negara dan ibukota nya, sebagai rakyat yg baik dan kritis, mari bantu kesusahan yang
kebanjiran, kritis nya silahkan pada tempatnya.. kritis beda sama nyinyir ya.

Kalo Pak Ahok berfikir ada yang sabotase, harus ada bukti nya Koh....skarang yg penting bantuin korban banjir dulu yeee...kamsia.

Semoga banjir cepet surut, dan semuanya selalu dalam lindungan Allah SWT, aamiin #cemangad ya penghuni Jakarta dan sekitarnya 

#ILoveJakarta

Salam hangat dari Pakistan.q

February  9, 2015 

Friday, January 9, 2015

Aku dan Negara Bernama Pakistan (Bagian Kedua)


Obrolan terbuka buat ibu-ibu pelaku kawin campur  Pakistan, khususnya  yang tinggal di Pakistan. Buat yang gak ada hubungannya boleh ikutan, silahkan merapat duduk yang manis.




#gaya_rumpi... Kenapa ya orang suka membahas kehidupan orang lain dengan pikirnnya sendiri ditambahi bumbu sendiri padahal bisa ditanyakan langsung ke orangnya dengan jelas, kalau antara 2 orang saya rasa masih wajar tapi kalau lebih dari 3 jadi seperti majlis rumpi dong ya hehehehe….
Kalaupun sudah bertanya langsung, nanyanya setengah2 gak diperjelas, sehingga jawaban yang diterima akan dipelintir sendiri trus jadi bahan rumpi’an dengan embel2 “katanya”….luar biasa. Saya tidak bermaksud menyinggung siapapun, anggap aja obrolan ini sebagai hiburan juga bahan renungan buat semuanya, terutama yang “merasa” ada dalam alur cerita ini.

Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dengan beberapa anak ditambah keluarga suami memang menjadi pekerjaan terberat didunia, saya memahami itu dengan SANGAT, karena saya juga pernah mengurus bayi selama 3 tahun itupun masih kerepotan walaupun ada yang bantu dan gak ditambah ribetnya ngurus inlaws………, jadi wajar saja kadang ibu-ibu bosan dan perlu hiburan sekedar jalan-jalan di mall atau berkumpul dan bertemu rekan-rekan sebangsa, sambil ngobrol ngalor ngidul membicarakan masalah keluarga, perkembangan anak dan berita terhangat saat ini yaitu membahas masalah saya  #ooppsss

Saya pernah menulis sedikit tentang perjalanan hidup saya sampai bisa di Pakistan, yang ketinggalan silahkan klik disini http://deffisjourney.blogspot.com/2014/12/aku-dan-negara-bernama-pakistan.html

Masih diseputar laki-laki Pakistan yang berhubungan dengan perempuan-perempuan Indonesia, karena itu memang menjadi concern saya yang paling utama #cieh_bahasanye

Saya hanya berbagi info yang kiranya bisa menjadi persiapan mereka kelak kalau akhirnya hidup mereka harus berada disini. Saat ini info-info seputar kawin campur Pakistan sudah banyak, 8-10 tahun yang lalu hampir tidak ada dan untuk itu beruntung sekali jika sekarang ada info-info yang bisa dipelajari oleh orang-orang yang membutuhkan. Sekali lagi saya tegaskan TIDAK SEMUA laki-laki Pakistan seperti yang saya ceritakan sebelumnya di group tentang Pakistan, juga tidak semua orang-orang Pakistan berperilaku seperti  bahasan-bahasan di group, TAPI rata-rata memang begitu.

Informasi yang saya share memang “to the poin”, lugas dan apa adanya, tergantung bagaimana cara orang lain menilai dan mengartikan kata-kata saya karena setiap orang punya pemahaman yang berbeda-beda. Sayangnya....., banyak yang tidak suka karena seolah-olah saya membuka aib mereka, padahal saya nggak kenal dengan “mereka”, yang saya bahas kehidupan yang saya alami dan kehidupan orang lain yang saya temui terutama perempuan Pakistan dengan kesehariannya yang mungkin tidak bisa kita pahami. Para perempuan Pakistan harus bisa bertahan dengan budaya yang sebetulnya mereka sendiri tidak suka, tapi mereka tidak punya pilihan selain patuh, bersyukur kita menjadi perempuan Indonesia yang masih bisa memilih jalan hidupnya dari sekolah, bekerja dan menentukan pasangan hidup sendiri. Perempuan Pakistan dari kecil sudah dibiasakan tidak “memilih” tapi menerima apa yang ada didepan mereka, tentunya kita tidak bisa bilang  “kok mau ya?” ….ya itulah bagian dari budaya mereka yang juga harus kita hormati. Kalau hal tersebut kita alami sendiri, pilihannya adalah bertahan dan belajar dari perempuan-perempuan Pakistan itu, atau tetap menjadi perempuan Indonesia tetapi harus ada yang dikorbankan, entah korban perasaan atau korban yang lainnya.

Sering dan gencarnya saya berbagi info tentang kehidupan dan orang-orang Pakistan karena saya ingin para perempuan Indonesia mempunyai pertimbangan sebelum menikah dengan laki-laki Pakistan. Tentu saja semua info yang saya share  tidak asal-asalan dan umumnya berdasarkan pengalaman pribadi saya dan orang-orang tertentu dengan situasi dan kondisi yang berbeda juga.  Yang pasti pengalamannya berbeda antara pelaku kawin campur, pelajar/santri, pekerja atau orang-orang yang sekedar melancong karena penasaran dengan negara ini. Dalam group tentang Pakistan saya pribadi tidak pernah melarang apalagi membatalkan keinginan para perempuan-perempuan Indonesia untuk mempunyai hubungan sampai ke jenjang serius dengan laki-laki Pakistan….emang sape guwehh #bahasa_anak_sekarang.

Mungkin pada saat berkenalan yang dipikirkan ooh gantengnya....oohhh suami orang asing....ooohh tinggal di luar negeri.....ohhh sama-sama Islam....tapi dari yang sekian banyak oohhh itu perlu diingat, Islam yang kalian pelajari di Indonesia "agak" beda dengan Islam yang ada di Pakistan, saya akan bahas terpisah kalau ada yang penasaran. Poinnya aja deh, di Indonesia umumnya penganut Mazhab Syafi'i sedangkan Pakistan Mazhab Hanafi. Hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari terkadang menjadi bahasan seru soal agama ini, dari soal wudhu, haram tidaknya seafood, Mahar dalam perkawinan, Jehez atau Dowry yang sudah mengakar dibudaya mereka sejatinya adaptasi dari agama tertentu yang sudah tidak bisa dihapuskan walaupun mereka penganut Islam.
Di Pakistan, wanita menikah tanpa membawa barang-barang akan sangat merasa terhina dan tidak dihargai keluarga suami, tapi di Indonesia tidak seperti itu dan itu seperti duri dalam sekam keluarga suami khususnya mertua, karena mereka merasa tidak dihargai. Semakin banyak barang bawaan dan serba lux, akan semakin dihargai si menantu walaupun buruk rupa dan tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Pokoknya kalau harta nya banyak mau jungkir balik kayak apa no problem. Trus gimana dengan kita-kita perempuan Indonesia yang menikah dengan mereka dan gak bawa apa-apa? Ya kasih muka manis didepan suami tapi dibelakang diomongin dan agak-agak "diganggu" lah....Makanya sering-sering nyogok ya biar disayang mertua wkwkwkwkwk #no_offense #jangan_tersinggung.

Tentang Suami....,setiap wanita saat menikah pasti menginginkan suami yang bisa menjadi pelindung dan imam dalam rumah tangga mereka, lelaki yang bertanggung jawab itu hukumnya wajib di Islam, baik secara moriil dan materiil. Bukan hanya untuk suami-suami Pakistani tapi banyak juga suami-suami Indonesia yang tidak bertanggung jawab dengan keluarganya, jadi sekali lagi tidak bisa dipukul rata, CUMA....dalam budaya Pakistan, istri tidak mempunyai hak mengatur keuangan rumah tangga, karena umumnya keluarga hidup dalam join family, yang artinya dalam satu rumah terdiri dari beberapa keluarga. Biasanya anak laki-laki tidak keluar rumah dan membawa istri nya masuk hingga beranak pinak. Sedangkan anak perempuan akan ikut suaminya dirumah mertua. Umumnya rumah-rumah di Pakistan besar kalau dari golongan mampu, kalau golongan bawah ya jadinya tumplek blek numpuk jadi satu #bayanginsendirideh...

Kembali ke Suami, keuangan rumah biasanya diatur ayah atau ibu mertua, dari keperluan dapur, isi rumah dan sebagainya harus nyadong sama mereka, bahkan sandang atau baju yang dipakai para mantu, si mertua akan mengaturnya....sekali lagi TIDAK SEMUA, tapi rata-rata begitu.
Di dalam budaya Pakistan, jika perempuan menikah, tanggung jawab sepenuhnya ada di keluarganya (ortu dan kakan-kakak lakinya), tanggung jawab suami hanya sepersekian persen saja, itupun kalau sudah punya anak, yang gak punya anak hampir gak diurus sama sekali, dapet makan 3 kali sehari aja udah alhamdulillah kali ya...sekali lagi TIDAK SEMUA, tapi rata-rata begitu. Umumnya juga ibu atau saudara perempuan suami yang selalu menjadi biang keladi dari keributan suami-istri, dan yang menjadi korban selalu sang istri. Suami akan baik-baik saja dikamar, tapi didepan keluarganya dia gak punya pilihan, kasian sebetulnya...tapi ya namanya hidup kan selalu ada resiko yang ditanggung, harus bisa mengatasinya dengan baik atau akan ada yang merasa tidak nyaman bahkan sampai merasa didzalimi.

Budaya Pakistan memang mengharuskan kita menghormati para orang tua, ya dimana aja juga sama kali ya...cuma sayangnya disini diterapkan dengan cara yang salah dengan orang-orang yang tidak menghargai orang lain. Suami misalnya, pasti akan sangat menyayangi ibu mereka, sudah pasti itu...tapi apa harus mengorbankan kebagahian harkat dan martabat sang istri?? oohh...tentu saja tidak....betul kan? istri juga punya hak dibahagiakan TAPI di Pakistan istri menjadi nomer sekian yang harus dipikirkan kebahagiaannya setelah ibu, saudara perempuan (kalo cuma satu, kalo 4-5, termehek-mehek deh), anak-anak baru deh istri. Dalam perkawinan Pakistan, semakin lama kehidupan akan semakin kacau bukan adem tentrem seperti kakek-nenek kita didesa, kenapa begitu? karena kepalsuan yang mereka tunjukan akhirnya terbuka...Allah maha adil...sekali lagi TIDAK SEMUA, tapi rata-rata begitu.

Dalam pandangan umum di Pakistan mempunyai anak adalah kunci kebahagiaan, kalau buat saya sih nggak ya #BUATSAYALHOO
Nikah belum punya anak, ditanya kenapa?....sudah punya anak trus dapetnya cewek,  akan dikejar-kejar lagi bikin anak supaya dapet cowok, lahh piye tohh...emang waktu bikin anak bisa apa janjian minta jenis kelamin apa gitu?...atau waktu mau nikah udah tau bakal gak bisa punya anak apa nggak gituhh?? Wallahualam Bissawab....itu yang orang Pakistan pada umumnya belum bisa terima dengan baik.... sekali lagi TIDAK SEMUA, tapi rata-rata begitu.  Pasangan menikah dengan bangsa apapun sejatinya mengharapkan keturunan, tapi kalau sekian lama berumah tangga  belum juga mendapatkannya pasti hanya usaha dan do’a yang bisa diperbuat. Tapi di Pakistan tidak seperti itu,  tidak ada pengertian dari orang sekitar, jadi pergunjingan dan seolah-olah tidak ada Tuhan yang mengatur langit dan bumi, adanya cuma mereka yang hanya bisa bilang “kenapa,kenapa dan kenapa??” lahh kenapa? Kalau tau jawabnya pasti diberitahu hehehehehe #tepoktangan.... Mereka manis dan baik didepan kita tapi dibelakang akan keluar semua perkataan yang tidak baik #semoga Allah memaafkan, aamiin.

Saya pelajari akhir-akhir ini banyak perempuan-perempuan Indonesia berstatus orang tua tunggal dengan beberapa anak yang berusaha menikah lagi dengan laki-laki Pakistani. Sekedar informasi,  di Pakistan walau saat ini pernikahan ke-2 sudah mulai umum bagi perempuan Pakistan sendiri,  tapi dikehidupan akar rumput sangat tidak bisa diterima. Perempuan-perempuan ini seolah-olah manusia yang tidak patut dijaga apalagi dihormati, TAPI semua tergantung keluarga masing-masing, yang saya bicarakan pada umunya bukan individu. Karena ini juga pernikahan saya yang ke-2 dan awalnya semua baik-baik saja sampai akhirnya saya memutuskan memilih jalan hidup saya sendiri. Sebetulnya gangguan yang saya terima tidak seberat perempuan-perempuan Indonesia lainnya, hanya saja mungkin, saya tidak suka diganggu jadi kalau ada gangguan saya tidak bisa mentolerir hal itu.

Beruntung saya bisa bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri sehingga saya bisa jungkir balik salto sesuka hati, tapi itu bukan yang saya cari. Saya mencari kekosongan jiwa yang tidak bisa diisi dari orang yang tidak bisa menuntun saya. 
Menjadi suami, tidak cukup hanya baik, pengertian, bertutur kata manis, dan memberi harta berlimpah, tapi yang paling penting bagaimana suami bisa dihormati, menjadi guru dan panutan sang istri, kalau hal-hal tersebut tidak ada dengan siapa istri akan menyandarkan kepalanya??? ke tembok, tiang apa pohon? kayak pelem2 India aja hiihihi...
Sejatinya setiap insan akan terus berusaha memperbaharui jiwanya,  karena kuasa Allah hidayah pasti akan datang dengan sendirinya ke masing-masing orang yang mencari kesempatan untuk terus menjadi manusia yang baik dengan jiwa yang ingin selalu dekat dengan sang pencipta. Suami yang bisa menuntun istri sangat dianjurkan bahkan diwajibkan, sayangnya saya tidak menemukan itu disini, keinginan sholat berjamaah dengan suami tidak memungkinkan hanya karena perbedaan pengertian. Kehilangan sosok imam yang bisa memimpin keluarga adalah masalah utama saya di Pakistan. Akhirnya saya memutuskan untuk menyudahi kehidupan yang menurut saya tidak ada masa depannya. Saya tidak merasa kalau itu adalah keputusan yang salah, karena saya berfikir untuk kelangsungan kehidupan dua belah pihak yang sudah jalan ditempat dan tidak bisa bersatu sebagai pasangan, toh nyatanya hubungan itu tetap baik dengan label persaudaraan, saya tetap nyaman di Pakistan karena sudah tidak ada gangguan lahir bathin yang berakibat "sakit" nya jiwa dan raga....kalo boleh jujur, jawab deh pertanyaan saya ini, "apa suamimu sudah menjadi penuntun yang baik?" memang tidak ada manusia yang sempurna, bahkan ada yang bilang pernikahan menyatukan dua hal berbeda, tapi kalau soal agama diharuskan menyatukan perbedaan itu, kalau bisa berkompromi ya bagus sekali, kalau tidak bisa ya harus dihormati apapun keputusan yang bersangkutan.

Jadi kalau saya memilih untuk memulai hidup dari awal lagi, ada juga yang bilang dari nol....In shaa Allah itu semua atas seijin Allah SWT. Bayangkan dari 2010-2014 kira-kira 1460 hari dan setiap harinya saya harus menghitung menit ke menit, detik ke detik agar waktu cepat berlalu, terus berdo'a hanya itu yang saya bisa lakukan. Usaha apa yang bisa dilakukan disini selain berdoa, iya kan?? makanya jangan sepelekan kekuatan do'a.  Dan kalian juga harus tau #daripada penasaran, beratnya perjuangan sampai bisa berkata "I'm leaving" semua perlu proses dan itu tidak mudah.

Well, tidak semua orang bisa menentukan jalan hidupnya sendiri dengan bebas, apalagi istri-istri Pakistani baik yang lokal atau kawin campur.  Ada banyak hal yang membuat ruang gerak mereka terbatas dan juga situasi serta kondisi dimana orang tersebut berada.
Alhamdulillah saya adalah salah satu orang yang beruntung karena bisa melakukan apapun yang saya mau tanpa kekerasan dan ada bagian kabur-kaburan #no_offense

Pemikiran saya untuk keluar dari negara ini dimulai tahun 2008 (saya menikah 2006), puncaknya tahun 2010 dan  sejak saat itu sampai akhir 2014 bukan hal yang mudah melewati hari-hari dimana “hati” tidak berpijak sementara “raga” ada disini, untungnya saya bekerja jadi gangguan agak bisa diredam saat saya duduk dikantor dari pagi hingga sore hari, Minggu hari libur yang ditunggu biasanya menjadi hari yang menyebalkan tapi tidak bisa dihindari. Hampir semua pelaku kawin campur di Pakistan mengalami hal yang sama didalam rumah tangga masing-masing, tapi kebanyakan disimpan sendiri karena merasa konsekwensi nya sudah menikah dengan orang Pakistan atau ada yang lebih keren “gengsi” dibilang susah, entah susah hati atau susah yang lainnya dan itu cuma Allah dan dirinya yang tau.
Tapi satu hal yang harus diingat, jangan pernah menggunjingkan kehidupan orang lain,   karena bisa jadi satu saat hal itu akan kalian alami juga #naudzubillah dan kalau sampai gunjingan itu sampai kepada yang bersangkutan, hal itu akan menganggu karena sakitnya tuh disini #ngorek_kuping , beruntung orang yang digunjingin itu saya, udah biasa ngetop jadi santai aja berasa artis wkwkwkwk #jangandongkol

Apapun yang terjadi dalam kehidupan orang tersebut, dan apapun pilihan yang diambilnya, pastinya sudah dipikirkan masak-masak oleh yang bersangkutan dan kita sepatutnya menghargai dan mendo’akan yang terbaik pilihannya itu, lagian apapun itu gak menganggu kehidupan kalian kan?? bisa jadi menganggu ya jadi tambah sibuk rumpi dari urusan #SDK (Umur Dapur Kamartidur) yang sudah menyita waktu dan energi, janganlah....life is good, perbaiki terus kehidupan kalian tanpa ngurusin kehidupan orang lain, salam cinta dari saya untuk kalian semua, muaacchhhh #hugsandkisses

Faisalabad, Pakistan, Awal January 2015